Taman Sari
Salah satu obyek wisata yang ada di Yogyakarta terutama yang terletak di lingkungan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat adalah Tamansari. Obyek wisata ini secara administratif terletak di kampung Taman,
Kecamatan Kraton. Tamansari di bangun sejak Sultan Hamengku Buwana I, pendiri Kraton Ngayogyakarta dan lanjutkan oleh penggantinya, yaitu Sultan Hamengku Buwana II. Kraton Ngayogyakarta yang didirikan tahun 1755 setelah perjanjian Giyanti, Mataram di pecah menjadi dua, Kartasura dan Ngayogyakarta. Setelah itu, setidaknya di Jawa ada dua kerajaan, yang disebut sebagai Pakubuwanan dan Kasltanan. Tamansari berada di wilayah Kasultanan, yang terletak di dalam beteng Kraton Ngayogyakarta.
Bangunan Tamansari yang telah melewati abad dan telah mengalami pemugaran, jika dilihat pada abad ini -artinya tahun-tahun ini-masih bisa dinikmati, tetapi pada abad sebelumnya, setidaknya pada tahun 1881, Tamansari seperti tidak tampak terawat. Kerusakan Tamansari disamping karena kondisi alam, juga karena "ulah manusia" baik pada masa peperangan maupun tangan usil. Pada tahun 1970-an misalnya, tembok Tamansari ada yang rubuh, karena sudah terlalu tua. Bangunan Tamansari sebagai peninggalan, dalam jarak yang cukup lama memang tidak terawat, namun sekarang, setelah adanya pemugaran bangunan Tamansari bisa dilihat kembali, meski tidak persis seperti dulu. Tetapi setidaknya bisa untuk mengerti, bahwa pada awal didirikannya Kraton Ngayogyakarta dan seterusnya, ada bangunan yang monumental di Yogyakarta dan masih bisa dilihat sampai hari ini.
Sumur Gumuling
Sumur Gumuling berada di tengah-tengah bangunan berlantai dua ini hanya dapat dimasuki melalui terowongan bawah air saja. Sumur Gumuling secara tradisional konon digunakan sebagai masjid. Di kedua lantainya ditemukan ceruk di dinding yang konon digunakan sebagai mihrab, tempat imam memimpin ibadah. Di bagian tengah bangunan yang terbuka, terdapat empat buah jenjang naik dan bertemu di bagian tengah. Dari pertemuan keempat jenjang tersebut terdapat satu jenjang lagi yang menuju lantai dua. Di bawah pertemuan empat jenjang tersebut terdapat kolam kecil yang konon digunakan untuk berwudu. Jika anda dari Taman sari, sebaiknya mintabantuan guide untuk mengarahkan jalan menuju Sumur Gumuling karena untuk menuju tempat tersebut anda harus melewati jalan perkampungan.
Pulo Cemeti
Ketika pertama kali mendengar orang menyebut ‘Pulo Cemeti’, Anda mungkin berpikir itu merupakan sejenis pulau yang bernama Cemeti. Kenyataannya tidak demikian. Pulo Cemeti adalah peninggalan budaya berbentuk bangunan runtuh yang terletak di belakang eks Pasar Ngasem (dahulu adalah pasar hewan). Karena tinggi, saat ini orang-orang menggunakannya untuk melihat keindahan kota Yogyakarta. Anda tinggal menaiki tangganya dan akan terpana bahwa Anda bisa menyaksikan banyak tempat dari atas. Sangat indah. Anda juga bisa menikmati matahari terbit dan terbenam sambil ditemani oleh angin sepoi-sepoi.
Kecamatan Kraton. Tamansari di bangun sejak Sultan Hamengku Buwana I, pendiri Kraton Ngayogyakarta dan lanjutkan oleh penggantinya, yaitu Sultan Hamengku Buwana II. Kraton Ngayogyakarta yang didirikan tahun 1755 setelah perjanjian Giyanti, Mataram di pecah menjadi dua, Kartasura dan Ngayogyakarta. Setelah itu, setidaknya di Jawa ada dua kerajaan, yang disebut sebagai Pakubuwanan dan Kasltanan. Tamansari berada di wilayah Kasultanan, yang terletak di dalam beteng Kraton Ngayogyakarta.
Bangunan Tamansari yang telah melewati abad dan telah mengalami pemugaran, jika dilihat pada abad ini -artinya tahun-tahun ini-masih bisa dinikmati, tetapi pada abad sebelumnya, setidaknya pada tahun 1881, Tamansari seperti tidak tampak terawat. Kerusakan Tamansari disamping karena kondisi alam, juga karena "ulah manusia" baik pada masa peperangan maupun tangan usil. Pada tahun 1970-an misalnya, tembok Tamansari ada yang rubuh, karena sudah terlalu tua. Bangunan Tamansari sebagai peninggalan, dalam jarak yang cukup lama memang tidak terawat, namun sekarang, setelah adanya pemugaran bangunan Tamansari bisa dilihat kembali, meski tidak persis seperti dulu. Tetapi setidaknya bisa untuk mengerti, bahwa pada awal didirikannya Kraton Ngayogyakarta dan seterusnya, ada bangunan yang monumental di Yogyakarta dan masih bisa dilihat sampai hari ini.
Sumur Gumuling
Sumur Gumuling berada di tengah-tengah bangunan berlantai dua ini hanya dapat dimasuki melalui terowongan bawah air saja. Sumur Gumuling secara tradisional konon digunakan sebagai masjid. Di kedua lantainya ditemukan ceruk di dinding yang konon digunakan sebagai mihrab, tempat imam memimpin ibadah. Di bagian tengah bangunan yang terbuka, terdapat empat buah jenjang naik dan bertemu di bagian tengah. Dari pertemuan keempat jenjang tersebut terdapat satu jenjang lagi yang menuju lantai dua. Di bawah pertemuan empat jenjang tersebut terdapat kolam kecil yang konon digunakan untuk berwudu. Jika anda dari Taman sari, sebaiknya mintabantuan guide untuk mengarahkan jalan menuju Sumur Gumuling karena untuk menuju tempat tersebut anda harus melewati jalan perkampungan.
Pulo Cemeti
Ketika pertama kali mendengar orang menyebut ‘Pulo Cemeti’, Anda mungkin berpikir itu merupakan sejenis pulau yang bernama Cemeti. Kenyataannya tidak demikian. Pulo Cemeti adalah peninggalan budaya berbentuk bangunan runtuh yang terletak di belakang eks Pasar Ngasem (dahulu adalah pasar hewan). Karena tinggi, saat ini orang-orang menggunakannya untuk melihat keindahan kota Yogyakarta. Anda tinggal menaiki tangganya dan akan terpana bahwa Anda bisa menyaksikan banyak tempat dari atas. Sangat indah. Anda juga bisa menikmati matahari terbit dan terbenam sambil ditemani oleh angin sepoi-sepoi.
Thanks infonya min.
BalasHapusSemoga saja warisan budaya ini tetap terjaga.
Salam kenal :)
Agan-agan kalau ingin melihat lebih dekat Taman Sari dengan foto virtual. Bisa lihat di sini:
http://indonesiavirtual.com/index.php?option=com_jumi&fileid=11&Itemid=109&id_img=478