* Posisikan tubuh bayi di bawah payudara. Dengan kata lain dada bayi menjadi alas payudara. Pastikan dada bayi bersentuhan dengan payudara. Begitu juga dagunya harus menyentuh payudara agar wajahnya menghadap wajah ibu.
* Tekan dengan lembut bibir bawah dan dagu bayi menggunakan payudara dan areola. Tunggulah respon bayi, yakni kala ia membuka mulutnya dan meletakkan lidahnya sedemikian rupa di bawah areola.
* Rapatkan tubuh kita dengan si kecil, dengan sedikit menekan punggungnya. Akan tetapi jangan pernah menekan bagian kepalanya, lo. Lihatlah, kini bibir bawahnya menekuk sedemikian rupa, melahap 3-4 cm bagian payudara sesudah puting. Lalu rangkaian gerakan otot yang bergulung ke belakang akan memeras ASI masuk ke dalam kerongkongan bayi. Dengan kata lain, saluran-saluran susu akan terpompa oleh gerakan menjepit antara bibir atas dan bawah bayi. Sementara ujung puting harus mencapai langit-langit mulut agar otot-otot rongga mulut bisa melakukan gerakan memompa.
* Jika posisi bayi terlalu di bawah alias dirasa kurang pas, ganjal tubuh bayi dengan bantal. Bukan malah sebaliknya, ibu yang harus membungkuk-bungkukkan tubuhnya sedemikian rupa agar payudaranya mencapai mulut bayi. Cara ini hanya akan menimbulkan keletihan dan ketegangan otot.
* Jemari tangan ibu jangan dalam posisi "menggunting" karena hanya akan mengunci gudang maupun saluran susu dalam payudara, hingga ASI malah tak keluar. Yang benar, ibu jari di atas dan keempat jari di bawah puting guna menopang payudara.
* Idealnya, susui masing-masing payudara selama 10-15 menit bergantian. Begitu seterusnya karena kalau dipaksakan di satu sisi saja, pasti payudara yang satu lebih sering kosong yang hanya membuat bayi jengkel dan akhirnya malah malas menyusu.
* Bayi pun umumnya enggan menyusu bila ASI-nya terlalu deras karena hanya membuatnya gelagapan. Mengatasinya, susui bayi sesering mungkin. Bisa juga dengan memompanya sebagian setiap kali hendak menyusui. Hingga saat menyusu tak lagi terlalu penuh yang menyebabkan ASI memancar terlalu deras.
* Selagi menyusui dengan payudara sebelah kiri, payudara kanan dibiarkan bebas. Menutupinya dengan bra ketat hanya akan mematikan feedback yang seharusnya diteruskan ke otak untuk memproduksi hormon ASI. Dengan membendung, otak akan mendapat kiriman sinyal negatif, hingga hormon pembuat susu tak lagi diproduksi.
* Susui bayi kapan pun ia membutuhkannya. Toh, memberikan ASI sebanyak mungkin sama sekali tak merugikan, malah menguntungkan karena bisa memacu produksi ASI. Apalagi keindahan payudara sama sekali tak terganggu hanya dengan aktivitas menyusui. Asalkan tetap dijaga dengan penggunaan bra yang bisa menyangga sepenuhnya, selain gerakan senam yang bisa mengencangkan otot-otot dada.
* Teknik melepaskan puting usai menyusui pun perlu mendapat perhatian. Menariknya begitu saja selagi masih tertancap di mulut bayi hanya akan membuat puting lecet. Sebaiknya lepaskan puting dengan memasukkan jari kelingking ke mulut bayi melalui sudut mulut atau menekan dagu bayi ke bawah.
* Tekan dengan lembut bibir bawah dan dagu bayi menggunakan payudara dan areola. Tunggulah respon bayi, yakni kala ia membuka mulutnya dan meletakkan lidahnya sedemikian rupa di bawah areola.
* Rapatkan tubuh kita dengan si kecil, dengan sedikit menekan punggungnya. Akan tetapi jangan pernah menekan bagian kepalanya, lo. Lihatlah, kini bibir bawahnya menekuk sedemikian rupa, melahap 3-4 cm bagian payudara sesudah puting. Lalu rangkaian gerakan otot yang bergulung ke belakang akan memeras ASI masuk ke dalam kerongkongan bayi. Dengan kata lain, saluran-saluran susu akan terpompa oleh gerakan menjepit antara bibir atas dan bawah bayi. Sementara ujung puting harus mencapai langit-langit mulut agar otot-otot rongga mulut bisa melakukan gerakan memompa.
* Jika posisi bayi terlalu di bawah alias dirasa kurang pas, ganjal tubuh bayi dengan bantal. Bukan malah sebaliknya, ibu yang harus membungkuk-bungkukkan tubuhnya sedemikian rupa agar payudaranya mencapai mulut bayi. Cara ini hanya akan menimbulkan keletihan dan ketegangan otot.
* Jemari tangan ibu jangan dalam posisi "menggunting" karena hanya akan mengunci gudang maupun saluran susu dalam payudara, hingga ASI malah tak keluar. Yang benar, ibu jari di atas dan keempat jari di bawah puting guna menopang payudara.
* Idealnya, susui masing-masing payudara selama 10-15 menit bergantian. Begitu seterusnya karena kalau dipaksakan di satu sisi saja, pasti payudara yang satu lebih sering kosong yang hanya membuat bayi jengkel dan akhirnya malah malas menyusu.
* Bayi pun umumnya enggan menyusu bila ASI-nya terlalu deras karena hanya membuatnya gelagapan. Mengatasinya, susui bayi sesering mungkin. Bisa juga dengan memompanya sebagian setiap kali hendak menyusui. Hingga saat menyusu tak lagi terlalu penuh yang menyebabkan ASI memancar terlalu deras.
* Selagi menyusui dengan payudara sebelah kiri, payudara kanan dibiarkan bebas. Menutupinya dengan bra ketat hanya akan mematikan feedback yang seharusnya diteruskan ke otak untuk memproduksi hormon ASI. Dengan membendung, otak akan mendapat kiriman sinyal negatif, hingga hormon pembuat susu tak lagi diproduksi.
* Susui bayi kapan pun ia membutuhkannya. Toh, memberikan ASI sebanyak mungkin sama sekali tak merugikan, malah menguntungkan karena bisa memacu produksi ASI. Apalagi keindahan payudara sama sekali tak terganggu hanya dengan aktivitas menyusui. Asalkan tetap dijaga dengan penggunaan bra yang bisa menyangga sepenuhnya, selain gerakan senam yang bisa mengencangkan otot-otot dada.
* Teknik melepaskan puting usai menyusui pun perlu mendapat perhatian. Menariknya begitu saja selagi masih tertancap di mulut bayi hanya akan membuat puting lecet. Sebaiknya lepaskan puting dengan memasukkan jari kelingking ke mulut bayi melalui sudut mulut atau menekan dagu bayi ke bawah.
0 komentar:
Posting Komentar